dakwatuna.com - Ada banyak keutamaan adzan dan muadzin yang sangat luar biasa, di antaranya:
1. Lehernya paling panjang di hari kiamat
Dari Muawiyah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
|
sheikhrouf23.deviantart.com |
Sesungguhnya muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat nanti. (HR. Muslim No. 387, Ibnu Majah No. 725, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 777, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2789, Ahmad No. 1681, Abu Ya’la No. 7384, 7388, Al Qudha’i dalam Musnadnya No. 235, Abu ‘Uwanah No. 971, 973, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 2/277, No. 415, dll)
Beragam makna diberikan para imam tentang kalimat “orang yang paling panjang lehernya”, dan tidak satu pun yang memaknai secara hakiki, melainkan majazi saja.
Imam Al Baghawi mengatakan dari Ibnul A’rabi: “Aktsaruhum a’maala” (yang paling banyak amalnya di antara manusia). (Syarhus Sunnah, 2/277)
Ada yang mengatakan bahwa para muadzin akan menjadi pemimpinnya para
pemimpin, orang Arab menamakan “pemimpin” sebagai orang yang paling
panjang lehernya. Ada yang menyebut para muadzin menjadi orang paling
cepat dan dahulu memasuki surga. Dalam As Sunan Al Baihaqi
diriwayatkan bahwa Abu Bakar bin Abu Daud berkata: aku mendengar Ayahku
berkata: maksud hadits ini bukan lehernya benar-benar menjadi panjang,
tetapi pada hari itu manusia kehausan jika mereka haus maka leher mereka
mengerut, sementara para muadzin mereka tidak kehausan dan leher mereka
tetap tegak. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/53)
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi Rahimahullah menjelaskan:
“Para salaf dan khalaf berbeda pendapat tentang maknanya. Ada yang
mengartikan bahwa muadzin adalah orang yang paling banyak menengok
kepada rahmat Allah Ta’ala, karena yang sedang menengok akan
memanjangkan lehernya kepada apa yang dia lihat. Jadi, artinya adalah
orang yang paling banyak melihat adanya pahala. Berkata An Nadhr bin
Syamiil: Pada hari kiamat urat leher manusia terkekang sehingga leher
mereka menjadi panjang agar mereka tidak mendapatkan kesusahan dan tidak
berkeringat”. (Shahih Muslim, dengan tahqiq Syaikh Fuad Abdul Baqi, 1/290. Ihya’ut Turats Al ‘Arabi, Beirut)
2. Semua makhluk yang mendengar adzan akan menjadi saksi bagi muadzin pada hari kiamat
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata kepada seorang laki-laki:
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الغَنَمَ وَالبَادِيَةَ، فَإِذَا
كُنْتَ فِي غَنَمِكَ، أَوْ بَادِيَتِكَ، فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ
فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ: «لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ
المُؤَذِّنِ، جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ، إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ
القِيَامَةِ»، قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku perhatikan kamu ini orang yang suka menggembala dan berkelana,
maka jika kamu sedang menggembala kambingmu atau sedang berkelana maka
adzanlah kamu dengan adzan seperti adzan shalat, tinggikan suaramu
dengan adzan karena sesungguhnya semua yang mendengarkan adzan, baik
dari golongan jin dan manusia dan apa pun saja, mereka akan menjadi
saksi bagi si muadzin ada hari kiamat nanti. Abu Sa’id berkata: Aku
mendengar hal ini dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (HR. Al Bukhari No. 609)
3. Akan diampuni dosanya sepanjang suaranya dan semua yang mendengarkan adzan di bumi akan mendoakan ampun baginya
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ، مَدَى صَوْتِهِ،
وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ، رَطْبٍ، وَيَابِسٍ، وَشَاهِدُ الصَّلَاةِ،
يُكْتَبُ لَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ حَسَنَةً، وَيُكَفَّرُ عَنْهُ مَا
بَيْنَهُمَا
Bagi muadzin akan diampuni dosanya sepanjang suaranya, dan akan
memohonkan ampun baginya semua benda yang basah dan kering, dan orang
menghadiri shalat berjamaah akan dicatat baginya 25 kebaikan dan akan
dihapus kesalahan di antara keduanya (antara adzan dan shalatnya, pen). (HR. Ibnu Majah No. 724, Abu Daud No. 515, dengan lafazh: “dan akan menjadi saksi baginya semua benda yang basah dan kering …”, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2794, dll)
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu As Sakkan. (Lihat At Talkhish Al Habir, 1/367), Syaikh Syu’aib Al Arnauth (Ta’liq Musnad Ahmad, 10/337), juga Syaikh Al Albani dalam berbagai kitabnya. (Shahih Abi Daud, Shahihul Jami’, Tsamar Al Mustathab, At Ta’liqaat Al Hisaan)
Apa maksud “dosanya akan diampuni sepanjang suaranya”? Berikut ini keterangannya:
قَالَ الْخَطَّابِيُّ: وَفِيهِ وَجْهٌ آخَرُ وَهُوَ
أَنَّهُ كَلَامُ تَمْثِيلٍ وَتَشْبِيهٍ، يُرِيدُ أَنَّ الْمَكَانَ الَّذِي
يَنْتَهِي إِلَيْهِ الصَّوْتُ لَوْ يُقَدَّرُ أَنْ يَكوُنَ مَا بَيْنَ
أَقْصَاهُ وَبَيْنَ مَقَامِهِ الَّذِي هُوَ فِيهِ ذُنُوبُهُ تَمْلَأُ
تِلْكَ الْمَسَافَةَ غَفَرَهَا اللَّهُ.
Berkata Al Khaththabi: pada kalimat ini ada makna yang lain, ini adalah ucapan tasybih dan tamtsil,
maknanya adalah bahwa sepanjang tempat yang dicapai oleh suaranya
sampai akhir, yang seandainya dosa-dosa dia sepenuh antara ujung
terjauh dari suaranya sampai tempat dia berdiri, maka Allah akan
mengampuni semuanya. (Ittihaf Al Khairah, 1/475)
4. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan Imam Shalat dan para muadzin
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الْإِمَامُ ضَامِنٌ، وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، اللهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ، وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ
Imam adalah penanggung jawab, muadzin adalah pembawa amanat, Ya
Allah berikanlah bimbingan kepada para imam, dan ampunilah dosa para
muadzin. (HR. At Tirmidzi No. 207, Abu Daud No. 517, Ahmad No. 7169, Abu Daud Ath Thayalisi No. 2526, Abu Ya’la No 4562, dll)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, Syaikh Salim Husein
Asad, Syaikh Syuaib Al Arnauth, Syaikh Al Albani, Syaikh Muhammad
Mushthafa Al A’zhami, dan lainnya, dan dihasankan oleh Imam Zainuddin Al
‘Iraqi dalam Takhrijul Ihya.
Maka, kebahagiaan besar bagi para muadzin, Anda didoakan ampunan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
5. Surga bagi para muadzin
Bergembiralah para muadzin dengan berita ini. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ فِي رَأْسِ
شَظِيَّةِ الْجَبَلِ يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ
الصَّلَاةَ يَخَافُ مِنِّي، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي وَأَدْخَلْتُهُ
الْجَنَّةَ
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ
الْجَنَّةُ، وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِينِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّونَ
حَسَنَةً، وَلِكُلِّ إِقَامَةٍ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً
Barang siapa adzan selama dua belas tahun maka wajib baginya
mendapatkan surga, dan dengan adzannya itu dicatat baginya setiap hari
enam puluh kebaikan, dan setiap iqamah yang dia lakukan dia mendapatkan
tiga puluh kebaikan. (HR. Ibnu Majah No. 728, Al Bazzar No. 5933, Al
Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2795, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath No. 8733, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 418)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Bushiri. (Mishbah Az Zujaajah, 1/92), Imam Ali Al Qari. (Mirqah Al Mafaatih, 2/572), Syaikh Al Albani. (Ash Shahihah No 42, Al Misykah No. 678).