RELATED POST

Tampilkan postingan dengan label ISLAM INSIDE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ISLAM INSIDE. Tampilkan semua postingan

Hari Asyura dan Kebinasaan Orang-orang Dhalim

Jasad Firaun yang diselamatkan Allah swt. untuk menjadi pelajaran (islamstory)
Jasad Firaun yang diselamatkan Allah swt.untuk menjadi pelajaran (islamstory)
Jasad Firaun yang diselamatkan Allah swt. untuk menjadi pelajaran (islamstory)
dakwatuna.com – Kedhaliman dengan segala bentuknya adalah hal yang sangat dibenci dalam Islam. Walaupun yang didhalimi bukanlah orang-orang Islam. Karena Allah swt. berfirman dalam sebuah hadits qudsi: “Sesungguhnya Aku tidak akan berbuat dhalim. Aku juga jadikan kedhaliman sebagai sesuatu yang haram kalian lakukan. Maka janganlah kalian saling mendhalimi.”
Ketika pindah ke Madinah, Rasulullah saw. mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram (Asyura). Beliau bertanya, dan mereka menjawab, “Ini adalah hari baik. Ini adalah hari Allah swt. menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya (Firaun). Oleh karena itu Nabi Musa as. melaksanakan puasa pada hari ini.” Rasulullah saw. berkata, “Aku lebih berhak atas Nabi Musa daripada kalian.” Maka Rasulullah saw. pun berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk mengikutinya.
Awalnya puasa Asyura adalah wajib. Namun setelah turun perintah puasa bulan Ramadhan, puasa ini menjadi sunah. Rasulullah saw. menjanjikan orang yang melaksanakan puasa ini dengan ampunan perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan selama setahun yang lalu.
Hikmah ajaran puasa ini, Rasulullah saw. ingin kita semua membaca dan mengambil pelajaran dari sejarah. Bani Israil pernah berada pada masa yang sangat sulit. Banyak orang meyakini bahwa kemenangan mereka adalah sesuatu yang mustahil. Firaun akan tetap berkuasa; orang-orang dhalim akan tetap menduduki jabatannya.
Namun tiba-tiba persepsi itu berubah seketika. Firaun dengan sombongnya memimpin pasukan menyeberangi Laut Merah setelah melihat Bani Israil menyeberanginya dengan sebuah mukjizat. Saat itulah Firaun dan pasukannyan dibinasakan dalam sekejap mata. Seperti inilah di antara kekuasaan Allah swt.
Penguasa yang dhalim, sekuat apapun, pasti sedang menapaki jalan kebinasaannya. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. memberi tenggang waktu kepada orang dhalim, sehingga ketika disiksa tidak bisa mengelak lagi.”
Keyakinan dengan kemenangan dan pertolongan Allah swt. tidak boleh mati di hati umat Islam. Allah swt. berfirman: “Kemenangan itu adalah milik orang-orang yang bertakwa.” [Al-A’raf: 128]. Dan kebinasaan penguasa dhalim tidak hanya terjadi pada jaman Nabi Musa as. saja. Tapi akan terjadi seterusnya. Allah swt. berfirman: “Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang lalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya).” [Al-Anbiya: 11]
Ketika Abu Jahal terbunuh dalam perang Badar, Rasulullah saw. berkata, “Ini adalah firaunnya umat ini.” Perkataan ini menunjukkan bahwa akan ada penguasa-penguasa yang dhalim, tapi akhir mereka selalu saja kebinasaan seperti yang dialami Firaun.
Rasulullah saw. ingin umatnya mengingat dan meyakini kemenangan dan pertolongan Allah swt. ini, hingga akhirnya beliau memerintahkan umatnya melakasanakan puasa Asyura. (msa/dakwatuna/disarikan dari tulisan Raghib Sarjani dalam situs islamstory.com)

Fitnah

Ilustrasi (Flickr / Virtua TravelR)
dakwatuna.com – ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Kehidupan dunia secara keseluruhan, baik dan buruknya adalah fitnah atau ujian bagi manusia. Fitnah yang senantiasa menyertai manusia dalam hidupnya sampai akhir hayatnya. Tetapi sangat disayangkan sebagian besar umat manusia tidak mengetahui bahwa kehidupan di dunia ini fitnah. Sebagian yang lain mengetahui bahwa kehidupan di dunia ini fitnah tetapi kalah oleh dahsyatnya fitnah itu sendiri. Hanya sebagian kecil saja yang sadar bahwa kehidupan di dunia ini fitnah, kemudian mereka berhati-hati terhadap fitnah itu dan ketika lalai atau lupa kembali pada petunjuk Allah.
Bagi orang beriman yang memahami hakikat kehidupan dunia, tetap belum aman terhadap fitnah, karena syetan selalu mengawasi mereka dan menggodanya sehingga orang beriman itu, lalai, jatuh dan terkena fitnah dunia dengan segala macamnya. Begitu juga para da’i yang selalu mengajak manusia untuk beribadah pada Allah belum aman dari fitnah. Syetan memiliki seribu satu macam cara untuk memfitnah dan menggoda para da’i sehingga mereka jatuh dan meninggalkan gelanggang dakwah kemudian memilih kehidupan dan profesi lain yang lebih santai, aman dan jauh dari dinamika dakwah.
Dan begitu juga para pemimpin umat, muballigh, ustadz dan tokoh masyarakat belum aman dari fitnah. Fitnah akan menyerang siapa saja dari manusia selagi mereka hidup di dunia, ada yang berjatuhan terkena fitnah dan ada juga yang selamat dengan izin Allah. Di akhir zaman ini fitnah akan semakin dahsyat dan mengerikan. Rasulullah SAW bersabda:
”Segeralah beramal sebelum terjadinya fitnah-fitnah seperti gelapnya malam. Seorang yang paginya mukmin sorenya menjadi kafir, dan pada sore hari mukmin dan paginya kafir, menjual agamanya dengan sedikit dari kekayaan dunia” (HR Muslim)
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada umatnya agar berlindung kepada Allah dari berbagai macam fitnah yang membahayakan manusia. Di antara doa Rasul SAW untuk membentengi fitnah tersebut yaitu: “Jika kalian membaca tasyahud, maka berlindunglah dari empat hal, yaitu berkata:”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab Jahanam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari buruknya fitnah al-Masih ad-Dajjaal” (HR Muslim)
Makna Fitnah
Fatana Al-Ma’din artinya logam itu dibakar untuk mengetahui kualitasnya, (29: 2). Fatana Fulanan artinya si Fulan itu disiksa agar berubah dari sikap atau pendiriannya, (85: 10). Fatanahul Maal dan fatanathul Mar’ah artinya tergoda dengan harta dan wanita, (8: 28). Fatana fulaanan ’an sya’i artinya melalaikan atau memalingkan dari sesuatu, (5: 49). Iftatana bil amri artinya terkena fitnah dengan sesuatu seperti harta, wanita dan lainnya.
Jadi sesuai dengan ungkapan di atas, fitnah menurut para ahli bahasa bermakna ujian atau cobaan dalam berbagai macam bentuknya. Ada ujian yang buruk seperti siksaan, kesusahan, penderitaan, penyakit dsb. Ada ujian dalam bentuk kebaikan seperti harta, wanita, kedudukan, popularitas dsb. Fitnah juga bermakna kegagalan dari sebuah ujian dan berakibat pada keburukan, seperti syirik, kejahatan, kemungkaran, kerusakan, perselisihan, saling bunuh, dsb.
Gambaran Fitnah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an banyak sekali mengungkapkan kata fitnah dengan berbagai macam maknanya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya:
”Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabuut: 1-3)
Manusia dalam menyikapi ajaran para nabi dan rasul ada dua sikap. Pertama, orang-orang yang mengimani ajarannya, merekalah orang-orang yang beriman. Dan kedua, orang orang-orang yang mengingkari ajarannya, mereka termasuk kelompok orang-orang kafir. Ketika manusia menyatakan keimanannya, maka mereka akan diuji untuk membuktikan bahwa pernyataan itu benar atau salah. Karena keimanan bukan hanya kata-kata yang diungkapkan, tetapi keimanan adalah hakikat yang mengandung resiko dan tanggungjawab, keseriusan yang membutuhkan ketabahan, jihad yang membutuhkan kesabaran. Oleh karena itu tidak cukup manusia menyatakan beriman sebelum mendapatkan ujian, cobaan dan tantangan.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin besar juga ujian dan cobaannya. Para nabi adalah orang yang paling besar ujian dan cobaannya kemudian yang sejenisnya dan seterusnya sesuai kadar keimanan seseorang.
”Orang yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian yang sejenisnya dan sejenisnya. Seorang akan diuji sesuai kualitas agamanya. Jika kualitas agamanya kuat maka ujiannya juga kuat dan jika agamanya lemah, maka diuji sesuai kadar agamanya” (HR Bukhari, Ahmad dan At-Tirmidzi).
Demikian orang-orang yang menyatakan beriman akan mendapatkan ujian dan cobaan di dunia, sedangkan orang kafir juga akan mendapatkan ujian dan cobaan. Orang beriman mendapatkan ujian awal di dunia berupa penderitaan, cobaan, ujian, kesusahan, fitnah dll untuk kemudian mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan akhir di akhirat. Sedangkan orang-orang kafir bersenang-senang dan berfoya-foya di awal hidupnya di dunia untuk kemudian mendapatkan ujian dan siksaan di akhirat. Jadi kedua golongan itu mendapatkan kesusahan, fitnah dan ujian, orang beriman di dunia dan orang kafir di akhirat.
Seseorang bertanya pada imam As-Syafi’i, dan berkata:” Wahai Aba Abdillah, mana yang lebih utama bagi seorang lelaki, mendapatkan kedudukan atau mendapat ujian?” Berkata imam As-Syafi’i:” Seseorang tidak mungkin akan mendapat kedudukan sehingga mendapat ujian. Karena sesungguhnya Allah telah menguji Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw. Ketika mereka sabar, maka Allah berikan kemuliaan kepada mereka. Maka jangan menyangka seorang beriman bebas dari ujian kesusahan. Allah SWT berfirman:
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah 155)
Gambaran Fitnah Dalam Hadits
Hampir di setiap kitab hadits memuat bab tentang Fitnah. Imam Bukhari, At-Turmudzi dan Ibnu Majah membuat judul dalam kitab haditsnya Kitabul Fitan, Abu Dawud dan Al-Hakim menyebutnya dengan judul Kitabul Fitan wal Malaahim( bab fitnah dan huru hara), sedangkan imam Muslim menyebutnya Kitabul Fitan wa ’Asyraatus Saa’ah (bab fitnah dan tanda-tanda hari kiamat).
Di antara hadits-hadits yang disebutkan dalam shahih Bukhari tentang fitnah dapat disebutkan:
  1. Imam Bukhari mengawali hadits Fitnah dengan menyebut surat Al-Anfaal 25, agar orang beriman hati-hati terhadap fitnah dan menjauhinya.
  2. Fitnah semakin hari semakin berat dan semakin buruk.
  3. Harta yang paling bersih di akhir zaman bagi muslim adalah domba yang digembalakan di hutan dekat gunung dan air hujan.
  4. Di antara fitnah di akhir zaman, diangkatnya ilmu, dominannya kebodohan dan banyaknya pembunuhan.
  5. Umat Islam harus bersabar pada pemimpin jamaah Islam walaupun benci asal tidak menyuruh kepada kemungkaran dan kekafiran.
  6. Cara yang baik untuk selamat dari fitnah yaitu komitmen dengan jamaah Islam.
  7. Di masa fitnah dilarang memegang senjata yang membahayakan umat Islam.
Tokoh sahabat yang paling menguasai masalah fitnah adalah Hudzaifah bin Al-Yaman. Beliau banyak bertanya tentang keburukan daripada kebaikan. Hal ini dilakukan agar orang-orang beriman terhindar dari fitnah dan keburukannya. Bunyi lengkap hadits adalah:
“Manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu di masa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini ada lagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?” Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?” Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melemparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?” Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits lain yang berbicara tentang fitnah yang diriwayatkan Hudzaifah adalah: Saat itu kami bersama Umar bin Khathab beliau berkata: ”Siapa di antara kalian yang mendengar Rasulullah SAW menyebutkan tentang fitnah-fitnah? Berkata di antara mereka: ”Kami mendengarnya”. Berkata Hudzaifah: ”Mungkin yang Antum maksud terfitnahnya seorang lelaki oleh keluarga dan tetangganya?” Mereka menjawab: ”Benar”. Berkata Hudzaifah:” Fitnah itu terhapus dengan shalat, puasa dan sedekah, tetapi siapa yang mendengar Nabi SAW menyebutkan fitnah-fitnah seperti gelombang lautan? “Berkata Hudzaifah:” Maka mereka terdiam”. Aku berkata:” Aku tahu”. Berkata Umar:” Engkau wahai Hudzaifah!” Berkata Hudzaifah, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:” Fitnah-fitnah itu mengenai hati seperti tikar yang menempel secara terus-menerus” (HR Bukhari dan Muslim)
Fitnah anak, istri, tetangga dan lain-lain berupa mencintai mereka secara berlebihan, kurang ketaatannya kepada Allah akibat kesibukan dengan mereka, munculnya sikap kikir akibat kecintaan tersebut. Fitnah anak istri dapat juga berupa melalaikan hak-hak anak dan istri seperti mendidik mereka, begitu juga terkait dengan fitnah tetangga. Dan fitnah ini sebagaimana disebutkan dalam hadits terhapus dengan ibadah shalat, puasa dan sedekah. Fitnah ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, di antaranya:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-taghabuun: 15). Rasulullah SAW bersabda:” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
Dikatakan oleh ulama bahwa fitnah anak ada satu dan fitnah wanita ada dua. Fitnah wanita ada dua yaitu, pertama; wanita menyuruh suaminya untuk memutus hubungan silaturahim pada ibu dan saudara-saudara suaminya. Kedua; menyuruh suaminya untuk mencari harta yang halal atau haram. Sedangkan fitnah anak hanya satu yaitu membuat bapaknya mencari harta yang halal atau haram.
Dan fitnah lain yang disebut Hudzaifah adalah fitnah yang besar seperti gelombang lautan yang dapat menghanyutkan siapa saja yang ada di lautan kehidupan. Dalam hadits lain fitnah ini dapat menyebabkan seorang yang paginya muslim sorenya menjadi kafir, atau sorenya muslim, paginya menjadi kafir, mereka menjual agama dengan harta yang sedikit.
Di antara fitnah yang sangat besar adalah fitnah yang muncul dari para pemuka agama, alim ulama, kyai dan para da’i, jika mereka sudah terkena fitnah dunia, maka mereka menjual agamanya dengan harta dunia, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Ulama seperti ini dalam terminologi Islam disebut Ulama Suu (ulama jahat). Ciri khas mereka yang utama adalah lebih mencintai dan mengutamakan dunia. Akibatnya mereka tidak dapat berkata benar dalam mengeluarkan pernyataan dan fatwanya, karena hukum Allah senantiasa bertentangan dan bertolak belakang dengan syahwat manusia dan kecintaan mereka terhadap dunia, seperti kecintaan pada harta, kekuasaan, wanita dll. Rasulullah SAW bersabda:
”Orang yang paling keras azabnya di hari kiamat adalah alim, yang Allah tidak memberi manfaat pada ilmunya” (HR At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Berkata Umar bin Khathab:”Yang paling aku takuti pada umat ini adalah orang jahat yang pandai berkata (ilmunya tidak sampai pada hatinya)”. Berkata Ali RA:” Yang paling menjengkelkanku adalah dua orang, orang berilmu tapi jahat, orang bodoh tapi rajin ibadah. Yang pertama membuat jauh manusia karena kejahatannya, dan yang kedua menipu manusia karena ibadahnya.”
Ulama Jahat akan senantiasa melakukan bid’ah untuk membenarkan kejahatannya. Maka terkumpulah pada mereka sifat buruk, mengikuti hawa nafsu yang mematikan mata hatinya, sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak dan batil, bahkan memutarbalikkan antara yang hak dengan batil, sehingga melihat yang hak itu batil dan yang batil itu hak. Demikianlah kejahatan ulama jika sudah lebih mencintai dunia, syahwat dan hawa nafsu dari akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-A’raaf 175,176.
Macam-Macam Fitnah
Sebagaimana uraian di atas, maka secara umum fitnah terbagi menjadi dua, yaitu fitnah kebaikan dan fitnah keburukan. Allah SWT berfirman:
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiyaa: 35).
Fitnah kebaikan biasa disebut juga dengan fitnah dunia dan bermuara pada tiga hal yaitu harta, tahta dan wanita. Nabi SAW bersabda:
”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Manusia yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka, harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat.
Dan bagian fitnah yang harus diwaspadai para da’i dan pemimpin umat terkait dengan kebaikan adalah popularitas, sanjungan, pujian, penampilan, kecantikan, pengikut yang banyak, kemenangan dan sejenisnya. Imam Ahmad bin Hambal RA setelah terbebas dan penyiksaan yang berat dan dikeluarkan dari penjara, beliau mendapatkan simpati dan sambutan yang luar biasa dari pengikutnya. Mereka berdatangan untuk belajar, bertanya dan berguru pada imam Ahmad RA. Melihat sambutan yang luar biasa dari pengikutnya, imam Ahmad menangis dan sangat khawatir kalau ini adalah istidraj (fitnah) yang akan menjatuhkan beliau dari sikap istiqamah.
Sedangkan fitnah keburukan, seperti siksaan sampai ke tingkat pembunuhan, pengusiran, pemenjaraan, pemboikotan, kemiskinan, penyakit dll. Demikianlah fitnah terjadi silih berganti yang terjadi pada para nabi dan orang-orang beriman,
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al Baqarah: 214)
Dalam konteks pemikiran dan gerakan, muncul beragam fitnah dan syubhat di bidang gerakan pemikiran sesat dan bid’ah yang menjamur di tengah masyarakat muslim, seperti JIL (Jaringan Islam Liberal), Ahmadiyah, Baha’iyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), Isa Bugis, Syiah dll. Fitnah ini muncul karena lemahnya umat Islam terhadap ajaran Islam. Dan jatuhlah mereka pada pemahaman yang salah dan menyimpang terhadap Islam. Tingkat penyimpangan gerakan pemikiran berbeda satu sama lain, ada yang sudah sesat dan keluar dari ajaran Islam, seperti Ahmadiyah, tetapi ada juga yang masih dapat diajak dialog tentang keislaman.
Dan fitnah yang terbesar dan terberat yang dihadapi oleh orang-orang beriman adalah fitnah menyebarnya kemusyrikan, kekafiran, kemungkaran, perselisihan dan perang antara sesama orang beriman. Fitnah yang pertama muncul setelah wafatnya Rasul SAW, menyebarnya kemurtadan dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Dan Abu bakar As-Siddiq berhasil memeranginya. Fitnah pembunuhan terhadap Khulafaur Rasyidin, Umar, Utsman dan Ali semoga Allah meridhai semuanya. Fitnah antara imam Ali RA dengan Siti Aisyah RA dalam perang Jamal, antara Ali RA dengan Muawiyah RA dalam perang Shiffin. Dan para ulama menyebutnya dengan istilah Fitnah Qubra.
Sikap Para Da’i terhadap Fitnah
Segala macam fitnah harus disikapi dengan bijak oleh para da’i sesuai dengan bentuk dan kadar fitnahnya. Ketika para da’i berhasil mengatasi fitnah yang terjadi di dunia, maka dia akan sukses dan mendapatkan ganjaran yang besar dari sisi Allah. Sikap pertama yang harus dilakukan oleh para da’i untuk menghadapi fitnah adalah hati-hati dan waspada (hadzr). Setiap da’i apapun yang terjadi, baik dan buruknya, senantiasa dalam kondisi diuji. Kemudian untuk menyikapi segala macam fitnah keburukan para da’i harus bersabar, bersabar tidak terlibat dalam keburukan dan bersabar atas segala musibah yang buruk. Dan menyikapi segala bentuk kemudahan para da’i harus bersyukur. Rasul SAW bersabda:
”Sungguh menakjubkan urusan orang beriman, segala urusannya baik dan itu tidak terjadi kecuali orang beriman. Jika diuji kemudahan, dia bersyukur maka itu baik untuk orang beriman. Dan jika diuji kesusahan maka dia bersabar, dan itu baik untuk orang beriman” (HR Muslim)
Selanjutnya dalam menyikapi berbagai macam huru hara, perselisihan dan fitnah antara sesama muslim, maka sikap para da’i harus tetap komitmen pada jamaah Islam dan tetap taat pada pemimpin selagi tidak menyuruh pada kemungkaran dan kekafiran.
Fitnah terkait dengan kebatilan dan pemikiran yang sesat harus dihadapi dengan dakwah dan argumentasi yang kuat sehingga terlihat jelas antara kebenaran dan kebatilan. Ulama dan para da’i harus menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar pada penguasa yang sesat” (HR Ahmad).
Pada masa kekhalifahan imam Ali RA. Banyak kaum yang keluar dari jamaahnya dan disebut kelompok Khawarij. Lalu imam Ali RA. Mengirim Ibnu Abbas RA kepada mereka untuk berdialog seputar agama dan pemahaman Islam, maka banyak sekali di antara mereka yang sadar dan kembali pada ajaran yang benar. Begitu juga terhadap kelompok yang mengkultuskan dirinya dari kalangan Syiah, maka imam Ali RA senantiasa mengarahkan pada pemahaman yang benar dan menolak segala macam pengkultusan.
Sedangkan untuk menyikapi fitnah kekafiran dan kemusyrikan, maka umat Islam harus berjihad melawannya. Allah SWT berfirman:
”Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Anfal: 39).
Seluruh bentuk fitnah harus dilawan oleh umat Islam sehingga hanya Islamlah yang eksis di muka bumi ini. Wallahu a’lam bishawab.
(SCC/hdn)

Memperbaiki Diri Ala Kaum Muhajirin

Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com Banyak sekali orang saat ini menjadi mangsa empuk pemikiran menyimpang dan perilaku hina. Mereka mengikuti pemikiran dan perilaku buruk tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, pemikiran dan perilaku itu menjadi sifat yang melekat, atau bahkan menjadi ciri khas dirinya dan kebiasaan -yang menurutnya- tidak mungkin lagi ditinggalkan.
Sehingga semakin lama, dia semakin bergelimang maksiat. Lalu ketika tiba suatu masa dirinya tersadar dan tergerak untuk meninggalkan kebiasaan buruknya itu, jiwanya memberontak karena ada kecanduan dan ketergantungan pada kebiasaan buruk tersebut. Akan ada perasaan bahwa taubat dan meninggalkan perilaku buruk adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Akhirnya iapun tidak mau mengusahakannya.
Peristiwa hijrah yang dilakukan para sahabat ra. pada dasarnya adalah meninggalkan sebagian besar kebiasaan mereka; baik itu makanan dan minuman, atau bahkan tanah air dan segala yang dicintainya. Namun dengan bekal iman yang dalam dan keinginan yang kuat mereka berhasil mengalahkan hawa nafsunya dan memerdekakan dirinya dari gelimangan kemaksiatan dan penyimpangan.
Sekembalinya dari Habasyah (Ethiopia), Abu Salamah ra. rela meninggalkan istrinya, Ummu Salamah ra. dan bayinya di Makkah untuk bergegas menuju Madinah demi menyelamatkan agama dan akidahnya. Ia rela meninggalkan pasangan hidupnya dan buah hatinya yang masih kecil; karena ia merasa bahwa agama lebih berharga dari keduanya, dan akidah adalah hal utama yang harus tetap dipertahankan meskipun mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini. Ummu Salamah sebagai seorang istri tetap sabar dan tabah menghadapi kejahatan keluarganya yang menjauhkannya dari anak dan suami. Dia tetap teguh mempertahankan iman hingga akhirnya dipertemukan dengan suami dan anaknya.
Mush’ab bin ‘Umari ra. rela meninggalkan gelimang harta dan hidup miwah untuk hidup dan tinggal di Yatsrib. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang terkenal dengan kemewahan dan gelimangan harta. Dia biasa mengenakan pakaian yang tidak sembarangan, makan makanan yang istimewa, dan memakai wewangian yang diimpor dari semenanjung selatan. Namun, setelah dakwah Islam sampai kepadanya, imanan dan takwa tertanam di lubuk hatinya, dan iapun mereguk manisnya iman. Saat itulah ia merasa jemu untuk tetap pada kehidupan lamanya.
Ketika ia sudah merasahkan manisnya iman, dan ingin selalu berada dekat dengan Rasulullah saw., iapun rela meninggalkan ibundanya tercinta dan kehidupan yang nyaman. Ia bergegas bangkit untuk menyusul rombongan kaum Muhajirin menuju Madinah. Hijrah yang dilakukannya ini adalah buah dari meninggalkan kenikmatan semu menuju kenikmatan abadi. Iapun terbebas dari kekangan hawa nafsu dan menjadikan keimanan terpancang teguh dalam hatinya.
Hingga akhirnya tibalah hari Perang Uhud, ia menjumpai apa yang selama ini diimpikannya; mendapatkan kesyahidan di jalan Allah swt. Ia gugur dengan tidak meninggalkan apapun; meskipun hanya selembar kain kafan untuk membungkus jasadnya. Kemudian para sahabat mendatangi Rasulullah saw. untuk memberitahukan kondisi sahabat mulia ini. Mereka pun tidak mendapati kain untuk menutupi jasadnya sehingga Rasulullah saw. memerintahkan untuk menggunakan daun pandan untuk menutupi sisa jasadnya yang terbuka.
Masih banyak lagi contoh sahabat yang rela mengorbankan harta dan tanah airnya demi menyelamatkan agamanya. Mereka merupakan contoh nyata bagi orang-orang yang berazam ingin meninggalkan perkataan, perbuatan dan sikap yang diharamkan. Atau bahkan kebiasaan dan kegemaran yang sudah melekat dalam dirinya.
Inilah yang dapat kita pelajari dari momentum hijrah; belajar bagaimana kita memerdekakan diri dari segala ketergantungan; belajar bagaimana kita mengalahkan segala hambatan dan penghalang; belajar bagaimana kita rela mengorbankan jiwa, harta, kehormatan, kemewahan, kekasih dan tanah kelahiran; belajar bagaimana kita bisa melepaskan diri dari jeratan kebiasaan buruk kita.
Marilah momen tahun baru hijriyah ini kita gunakan sebagai titik tolak untuk bergerak dan berhijrah dari segala sesuatu yang diharamkan dan tidak diridhai Allah swt. Marilah kita berhijrah seperti para shahabat berhijrah, mereka merubah kebiasaan lama dan semua yang dicintainya (tanah kelahiran, keluarga dan harta). Akhirnya Allah swt. pun membebaskan mereka dari segala ketergantungan pada selain-Nya, dan menjadikan hati mereka suci sehingga merekapun layak untuk mendapatkan predikat suci, bersih dan jujur. Allah Ta`ala berfirman: “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hasyr: 8)
Jadi, seruan yang kami sampaikan kepada penulis dan juga kepada para pembaca adalah seruan untuk berhijrah menuju Allah swt. pada momentum tahun baru hijriyah ini. Marilah pada momentum kali ini kita berhijrah mengikuti komandan kaum Muhajirin, Rasulullah saw., berusaha hidup seperti kehidupan para sahabatnya yang mampu merubah sejarah dan menggariskan jalan kemenangan dan kemuliaan melalui darahnya yang suci dan pengorbanannya yang agung.
Semoga Allah swt. meridhai mereka dan kita semua serta menggumpulkan kita dengan mereka di surganya yang abadi. Amin. (msa/dakwatuna)

Tujuan-Tujuan Mulia Menikah dan Berkeluarga

Ilustrasi (griyapernikahan.com)
Ilustrasi (griyapernikahan.com)
dakwatuna.com - Menikah dan berkeluarga itu bukan persoalan keinginan seseorang. Oleh karena itu, lelaki dan perempuan lajang tidak perlu ditanya apakah mereka ingin menikah atau tidak, karena menikah itu bukan soal ingin. Kalau menikah dipahami hanya persoalan ingin, maka ada orang tidak mau menikah dengan alasan tidak ingin, dan ada orang yang menikah setiap hari karena selalu ingin. Menikah adalah tugas peradaban, karena hanya dengan pernikahanlah akan lahir peradaban kemanusiaan yang mulia di masa depan.
Lelaki dan perempuan lajang hendaklah menyiapkan diri menuju pernikahan yang sesuai dengan tuntunan agama dan aturan negara. Jika belum memiliki cukup kekuatan motivasi untuk menikah, perhatikanlah berbagai tujuan mulia dari pernikahan yang dituntunkan agama. Menikah itu bukan semata-mata penyaluran hasrat biologis, namun menikah merupakan sarana terbentuknya masyarakat, bangsa dan negara yang kuat serta bermartabat.
Menikah memiliki tujuan-tujuan mulia dan jelas. Bukan semata-mata urusan pribadi seseorang. Di antara tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tuntunan para Rasul
Menikah adalah ajaran para Nabi dan Rasul. Hal ini menunjukkan, pernikahan bukan semata-mata urusan kemanusiaan semata, namun ada sisi Ketuhanan yang sangat kuat. Oleh karena itulah menikah dicontohkan oleh para Rasul dan menjadi bagian dari ajaran mereka, untuk dicontoh oleh umat manusia.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38).
Ayat di atas menjelaskan bahwa para Rasul itu menikah dan memiliki keturunan. Rasulullah Saw bersabda, “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
2. Menguatkan Ibadah
Menikah adalah bagian utuh dari ibadah, bahkan disebut sebagai separuh agama. Tidak main-main, menikah bukan sekadar proposal pribadi untuk “kepatutan” dan “kepantasan” hidup bermasyarakat. Bahkan menikah menjadi sarana menggenapi sisi keagamaan seseorang, agar semakin kuat ibadahnya.
Nabi Saw bersabda, “Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
3. Menjaga kebersihan dan kebaikan diri
Semua manusia memiliki insting dan kecenderungan kepada pasangan jenisnya yang menuntut disalurkan secara benar. Apabila tidak disalurkan secara benar, yang muncul adalah penyimpangan dan kehinaan. Banyaknya pergaulan bebas, fenomena aborsi di kalangan mahasiswa dan pelajar, kehamilan di luar pernikahan, perselingkuhan, dan lain sebagainya, menjadi bukti bahwa kecenderungan syahwat ini sangat alami sifatnya. Untuk itu harus disalurkan secara benar dan bermartabat, dengan pernikahan.
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya” (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, dan Baihaqi).
Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari dua keburukan maka ia akan masuk surga: sesuatu di antara dua bibir (lisan) dan sesuatu di antara dua kaki (kemaluan)” (HR. Tirmidzi dan Al Hakim. Albani mentashihkan dalam As Sahihah).
4. Mendapatkan ketenangan jiwa
Perasaan tenang, tenteram, nyaman atau disebut sebagai sakinah, muncul setelah menikah. Tuhan memberikan perasaan tersebut kepada laki-laki dan perempuan yang melaksanakan pernikahan dengan proses yang baik dan benar. Sekadar penyaluran hasrat biologis tanpa menikah, tidak akan bisa memberikan perasaan ketenangan dalam jiwa manusia.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum: 21).
5. Mendapatkan keturunan
Tujuan mulia dari pernikahan adalah mendapatkan keturunan. Semua orang memiliki kecenderungan dan perasaan senang dengan anak. Bahkan Nabi menuntutkan agar menikahi perempuan yang penuh kasih sayang serta bisa melahirkan banyak keturunan. Dengan memiliki anak keturunan, akan memberikan jalan bagi kelanjutan generasi kemanusiaan di muka bumi. Jenis kemanusiaan akan terjaga dan tidak punah, yang akan melaksanakan misi kemanusiaan dalam kehidupan.
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik” (QS. An-Nahl: 72).
6. Investasi akhirat
Anak adalah investasi akhirat, bukan semata-mata kesenangan dunia. Dengan memiliki anak yang shalih dan shalihah, akan memberikan kesempatan kepada kedua orang tua untuk mendapatkan surga di akhirat kelak.
Rasulullah Saw bersabda, “Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga, namun mereka berkata: wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan ibu kami masuk lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang. Maka Allah berfirman: Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam surga. Mereka menjawab: wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Allah menjawab: masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga” (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).
7. Menyalurkan fitrah
Di antara fitrah manusia adalah berpasangan, bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk menjadi pasangan agar saling melengkapi, saling mengisi, dan saling berbagi. Kesendirian merupakan persoalan yang membuat ketidakseimbangan dalam kehidupan. Semua orang ingin berbagi, ingin mendapatkan kasih sayang dan menyalurkan kasih sayang kepada pasangannya.
Manusia juga memiliki fitrah kebapakan serta keibuan. Laki-laki perlu menyalurkan fitrah kebapakan, perempuan perlu menyalurkan fitrah keibuan dengan jalan yang benar, yaitu menikah dan memiliki keturunan. Menikah adalah jalan yang terhormat dan tepat untuk menyalurkan berbagai fitrah kemanusiaan tersebut.
8. Membentuk peradaban
Menikah menyebabkan munculnya keteraturan hidup dalam masyarakat. Muncullah keluarga sebagai basis pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan. Lahirlah keluarga-keluarga sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan menikah, terbentuklah tatanan kehidupan kemasyarakatan yang ideal. Semua orang akan terikat dengan keluarga, dan akan kembali kepada keluarga.
Perhatikanlah munculnya anak-anak jalanan yang tidak memiliki keluarga atau terbuang dari keluarga. Mereka menggantungkan kehidupan di tengah kerasnya kehidupan jalanan. Padahal harusnya mereka dibina dan dididik di tengah kelembutan serta kehangatan keluarga. Mereka mungkin saja korban dari kehancuran keluarga, dan tidak bisa dibayangkan peradaban yang akan diciptakan dari kehidupan jalanan ini.
Peradaban yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat. Maka menikahlah untuk membentuk keluarga yang kuat. Dengan demikian kita sudah berkontribusi menciptakan lahirnya peradaban yang kuat serta bermartabat.

Mission Impossible Para Nabi

dakwatuna.com – Jika kita diminta berdakwah ke tengah masyarakat yang memiliki karakter buruk, angkuh,“songong”, “ndablek” hatinya sudah tertutup dengan kesombongan dan kemusyrikan yang sudah berkarat. Apa yang kita lakukan? Sanggupkah kita menerima amanah dakwah itu? Atau mungkin seribu alasan kita kumpulkan agar tugas itu tidak jatuh ke pundak kita.
Surat Yasin
Surat Yasin
Inilah mission impossible, situasi buruk yang dihadapi para nabi
Tengoklah kisah Nabi Musa yang diminta mendatangi Firaun yang punya tentara paling kuat di zamannya, punya kekuasaan tak terbatas sampai mengaku sebagai Tuhan. Sementara Musa punya beban psikologis yang berat karena dibesarkan oleh Firaun di istananya yang megah. Berapa persentase kemungkinan Firaun menerima dakwah nabi Musa? Mungkin 0,0001%, apa Musa menolak?
“Ya Tuhan… jangan saya deh yang datangi Firaun, saya kan banyak utang budi, saya dibesarkan oleh kebaikan Asiah istri Firaun!!”
Namun ternyata bukan penolakan yang dilakukan Musa, tapi ketaatan dan ketegaran menjalani semua tugas tersebut.
Begitu pula dengan Nabi Nuh. 950 tahun berdakwah hanya memiliki sedikit pengikut. Namun Nuh tetap menjalani misinya dengan segala keteguhan. Apakah Allah complain kepada Nuh yang tidak berhasil membawa banyak pengikut? Ternyata tidak. Allah tidak pernah melihat hasil, tetapi Allah melihat proses dan perbuatan amal manusia.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan. (At-Taubah:105)
Mari kita buka sirah Rasulullah Muhammad saw. Mission impossible yang harus Beliau lakukan sangat berat. Terlahir sebagai yatim dari keluarga miskin, tidak punya harta dan kedudukan, apalagi pengikut. Namun Allah mengangkatnya menjadi seorang Nabi dengan tugas yang mission impossible. Mengapa dianggap impossible? Karena tanpa bekal apa-apa Muhammad harus berdakwah di tengah kaum yang hidupnya keras, biasa berperang, angkuh, sombong, buta dan tuli hatinya. Karakter masyarakat Makkah ketika itu digambarkan lehernya mendongak, tidak pernah menunduk. Artinya keangkuhan dan kesombongan sudah mengakar kuat mendarah daging, mereka kaum yang sulit menerima nasihat, bahasa lainnya susah didakwahi. Gambaran jelas tentang mereka dalam surat Yasin ayat 8-10.
إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ  وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ  وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya kami Telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka Karena itu mereka tertengadah. Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Yasin:8-10)
Mengapa Allah sudah bilang karakter orangnya susah didakwahi tapi Allah tetap menyuruh Rasul berdakwah, Kenapa pula Rasulullah mau melakukannya?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa para Nabi dan Rasul tetap setia dengan misi dakwahnya, merubah yang impossible menjadi possible yaitu:
1. Yakin
Keyakinan yang kuat karena dakwah ini perintah Allah, pasti Allah tidak akan meninggalkannya sendirian. Tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Yakin pasti bisa dilakukan. Berapa persen tingkat keberhasilannya? Itu bukan urusan Nabi, karena Nabi hanya melakukan apa yang diperintahkan Allah. Soal hasil terserah Allah.
Seorang diri Rasulullah berdakwah tanpa bosan dan putus asa. Rasulullah derect selling sendirian, bahasa Islamnya silaturahim kepada siapa saja, yang dikenal maupun orang asing.
“Sudilah kiranya Anda duduk sebentar mendengarkan saya, jika ucapan saya Anda sukai silahkan bergabung jika tidak suka Anda boleh pergi.”
Dakwah Rasulullah mendapat celaan, hinaan, ancaman, siksaan, pemboikotan dan pembunuhan pengikutnya dari golongan budak yang lemah. Sampai Allah gambarkan
Dalam surat Al-An’am ayat 33, betapa sedih dan sempit dada Rasulullah mendengar ejekan dan komentar mereka dalam menyikapi dakwah Rasulullah.
Sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), Karena mereka Sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An’am:33)
Dalam ayat Ini Allah menghibur nabi Muhammad s.a.w. dengan menyatakan bahwa orang-orang musyrikin yang mendustakan nabi, pada hakikatnya adalah mendustakan Allah sendiri, Karena nabi itu diutus untuk menyampaikan ayat-ayat Allah.
Dengan keyakinan dan kesabaran perlahan-lahan dakwah ini bersemi. Jika dihitung berapa banyak penduduk Makkah yang mati kafir dan yang beriman? Tentu lebih banyak yang beriman. Pada perang Badar yang mati 70 orang, perang Uhud belasan orang. Bandingkan yang beriman pada Fathu Makkah yaitu 2000 orang. Nabi membuktikan impossible menjadi possible.
2. Allah Maha Teliti mencatat amal manusia
Allah sangat menghargai proses, yang penting beramal dengan cara yang benar. Allah tidak pernah menuntut hasil. Ketika seluruh energy telah dikerahkan, segala daya upaya telah dipersembahkan, maka Allah akan tunjukkan jalan setapak demi setapak. Seperti dalam surat al-Ankabut ayat terakhir:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Selama 10 tahun Rasulullah direct selling di Makkah, tiap musim haji Rasulullah mendatangi tenda-tenda kabilah yang datang untuk thawaf di Ka’bah, baru pada tahun ke 11 kenabian Allah bukakan hati penduduk Yatsrib 6 orang suku Aus dan Khadraj untuk masuk Islam. Ya… dari 6 orang ini Islam bersemi di Madinah selanjutnya Rasulullah mengutus Mush’ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah meluaskan ekspansi dakwah menyiapkan lading subur kedatangan para sahabat yang mendapat siksaan untuk berhijrah, puncaknya Rasulullah pun berhijrah pada tahun ke 13.
Merekalah yang diberi gelar kaum Anshar yang siap menampung kaum Muhajirin. Seluruh proses dakwah yang Rasulullah lakukan bersama sahabat mendapat ganjaran dari Allah. Bahkan seluruh amal perbuatan manusia dicatat yang baik ataupun yang buruk. Catatan amal inilah yang akan Allah perlihatkan kelak di hari kiamat.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ  إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ  مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Dan sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qaf:16-18)
Meskipun nabi sudah dijamin masuk surga, namun tetap semangat mengumpulkan amal, semangat berdakwah. Kalau bapaknya tetap kafir, Rasulullah berharap anak cucunya akan masuk Islam. Al-Walid bin Mughirah kafir sampai matinya, namun tiga dari empat anaknya masuk Islam salah satu yang terkenal adalah si pedang Allah Khalid bin Walid.
Mari kita buat catatan indah untuk diri kita, hingga ketika dibangkitkan di hari kiamat catatan itu menjadi saksi amal shalih kita.
3. Contoh yang menginspirasi nabi berdakwah
Contoh ini Allah gambarkan dalam surat Yasin ayat 13 -27.
Allah gambarkan perumpamaan suatu negeri yang selalu menolak utusan Rasul dari Allah sampai Rasul yang ke tiga juga ditolak. Datanglah seorang laki-laki dari kaumnya berkata: “hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.” Namun kaumnya malah membunuh laki-laki itu. Dan Laki-laki itu masuk surga.
Ya itulah mission impossible yang dilakukan Rasulullah. Manusia tidak ada yang sempurna, justru ketidaksempurnaan inilah menyebabkan manusia butuh untuk saling menasihati dan saling memberi peringatan.
Jangan berpikir harus banyak ilmu dulu baru berdakwah, banyak amal shalih dulu baru berdakwah. Selalu merasa diri tak layak jadi dai, tak layak jadi murabbi karena masih banyak dosa, masih kurang ilmu. Mari kembali buka sirah bandingkan kondisi kita hari ini dengan kondisi Rasulullah.
  1. Nabi terlahir sebagai yatim, masih kecil ibunya wafat, dirawat kakeknya, kakeknya pun wafat, dirawat pamannya yang miskin dan punya anak banyak. Bandingkan dengan diri kita apakah kita yatim piatu ? miskin? Gak punya pekerjaan? Mana lebih buruk kondisi kita dengan kondisi Rasulullah?
  2. Nabi hidup di tengah kaum yang angkuh, keras, sulit didakwahi. Kita hidup di tengah masyarakat yang santun, ramah, murah senyum, suka menolong.
Rasul hidup di negeri tandus dan gersang, negeri yang hampir tidak bisa ditanami. Bagaimana dengan negeri kita? Ooo…h sepenggal firdaus, orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman (kata Kues Plus).
Yaa akhii… ya ukhtiii… apalagi yang menghalangimu untuk berdakwah… Ayo bekerja, buktikan cintamu pada pertiwi…  wujudkan harmoni bersama seluruh warga dan masyarakat di negeri ini.
Bekasi, jbb,3-5-13. Catatan dari jalasa ruhi tafsir surat Yasiin ayat 1-27 bersama Ustadz Muhith di Al-Qolam, Iqro. Dengan berbagai tambahan ilustrasi. Mohon dikoreksi bagi ukhti yang juga hadir.

Sangat Pantas Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu Sumber

dakwatuna.com - Bismillah…
Baru kali ini melihat ibu melahirkan, sungguh penuh pengorbanan, sungguh penuh keharuan, sungguh penuh deg-degan dan penuh rasa syukur. Maka sangat pantas surga di bawah telapak kaki ibu. Tidak hanya itu pengorbanan seorang ibu, melainkan pengorbanan seorang ibu jika satu persatu didaftarkan tak sanggup di-list.
Ilustrasi. (fizgraphic.com)
fizgraphic.com

Mulai awal mengandung hingga menyempurnakan setengah dien seorang ibu selalu mencurahkan rasa cinta pada anak dengan cinta berlandaskan syariah, tak pernah ia membenci anak terlahir dari kandungannya walaupun terkadang anak tak merespon cinta tersebut dengan cinta.
Kemudian sang ibu begitu pasrah aurat terlihat demi penyelamatan bagi bayi. Padahal bertahun-tahun aurat ditutup dengan rapat bahkan menutup aurat tersebut dengan kerudung yang panjang dan baju tak pernah menampakkan liku-liku tubuh… “itu semua demi si buah hati”.
Terkadang perjuangan seorang ibu sering kali kita lupakan, sering pula dibalas dengan rasa kebencian, sering pula kita mencaci dengan kata tak memiliki rasa, sering pula kita mengecewakan mereka, sering pula membuat kita menjauhi mereka, sering pula sibuk menghabiskan waktu dengan karier tanpa menanyakan mereka.
Sungguh tersadari, sungguh mengantamkan jiwa, sungguh menggelitik pemikiran ia sebagai seorang wanita yang insya Allah jika suatu saat akan diamanahkan untuk menjadi ibu yang di bawah kakinya terdapat surga….”Allahuma amin” akan ia jalani dengan cinta dan keikhlasan agar di suatu masa nanti ia mampu menjawab pertanyaan dari Allah tentang amanah yang berat diembankan pada ia.
Ya Allah, bagaimana perasaan mereka ketika mendengar tangis pertama anak mereka tentu penuh kegembiraan, tentu tangisan anak terlahir dari kandungan mereka adalah harta berharga bagi mereka, tentu tangisan itu juga merupakan obat yang menghilangkan rasa sedih, rasa duka dan rasa sakit saat mereka mengandung bayi selama sembilan bulan.
Ketika melihat ibu muda itu melahirkan saat itu pula bertanya dengan jiwa ini, apakah mungkin mampu meraih predikat surga di telapak kaki ibu? Untuk menjadi ibu yang dicap surga di kaki ibu butuh sebuah pengorbanan keikhlasan, butuh kesabaran, butuh kedekatan diri pada Allah, dan butuh ilmu sangat banyak karena dari tahun ke tahun tantang untuk menjadi seorang ibu shalihah plus surga di kaki ibu begitu dahsyat
Mari bagi kita masih Allah karuniakan ibu mengelus kita, masih Allah beri kesempatan untuk merasa indahnya pelukan ibu, masih Allah karuniakan ibu yang begitu shalihah, masih Allah beri kenikmatan untuk bercerita indah dengan ibu dan masih Allah berikan bersua dengan senyum ibu yang begitu tulus menyambut kita ketika pulang dari sekolah, pulang dari kerja, pulang dari perantauan dan pulang dari berjalan.
Kita bahagiakan mereka, kita hubungi dia untuk menanya kabar mereka, kita berikan hadiah special teruntuk mereka seperti mereka mencintai kita dengan penuh kespesialan dan tak henti-hentinya kita berdoa buat mereka agar Allah panjangkan umur mereka supaya kita bisa membahagiakan mereka dunia dan akhirat. Allahuma amin^__^
Bagi ibu muda dan ibu-ibu di seluruh dunia berbahagialah kalian sesungguhnya pengorbanan siang dan malam kalian sesungguhnya sudah Allah catat sebagai amal yang sangat mulia, insya Allah semua itu dibalas dengan surga seperti kita dengar bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Tidak hanya itu yang akan peroleh sesungguhnya pengorbanan itu pula akan mengantar kalian untuk bertemu dengan Rabbi, Rasulullah dan para sahabat di surga firdaus.
Jika melihat balas seperti itu tentu kita ingin menjadi ibu yang di bawah kaki terdapat surga yang begitu harum.

Catatan: special Ana persembahkan bagi bunda muda dan bagi anak belum mencintai bunda sepenuh hatinya.
Best Regard Inspirasi Berani Sukses.

Fadhilah (Keutamaan) Adzan

dakwatuna.com - Ada banyak keutamaan adzan dan muadzin yang sangat luar biasa, di antaranya:
1. Lehernya paling panjang di hari kiamat
Dari Muawiyah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Ilustrasi. (sheikhrouf23.deviantart.com)
sheikhrouf23.deviantart.com

Sesungguhnya muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat nanti. (HR. Muslim No. 387, Ibnu Majah No. 725, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 777, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2789, Ahmad No. 1681, Abu Ya’la No. 7384, 7388, Al Qudha’i dalam Musnadnya No. 235, Abu ‘Uwanah No. 971, 973, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, 2/277, No. 415, dll)
Beragam makna diberikan para imam tentang kalimat “orang yang paling panjang lehernya”, dan tidak satu pun yang memaknai secara hakiki, melainkan majazi saja.
Imam Al Baghawi mengatakan dari Ibnul A’rabi: “Aktsaruhum a’maala” (yang paling banyak amalnya di antara manusia). (Syarhus Sunnah, 2/277)
Ada yang mengatakan bahwa para muadzin akan menjadi pemimpinnya para pemimpin, orang Arab menamakan “pemimpin” sebagai orang yang paling panjang lehernya. Ada yang menyebut para muadzin menjadi orang paling cepat dan dahulu memasuki surga. Dalam As Sunan Al Baihaqi diriwayatkan bahwa Abu Bakar bin Abu Daud berkata: aku mendengar Ayahku berkata: maksud hadits ini bukan lehernya benar-benar menjadi panjang, tetapi pada hari itu manusia kehausan jika mereka haus maka leher mereka mengerut, sementara para muadzin mereka tidak kehausan dan leher mereka tetap tegak. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/53)
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi Rahimahullah menjelaskan: “Para salaf dan khalaf berbeda pendapat tentang maknanya. Ada yang mengartikan bahwa muadzin adalah orang yang paling banyak menengok kepada rahmat Allah Ta’ala, karena yang sedang menengok akan memanjangkan lehernya kepada apa yang dia lihat. Jadi, artinya adalah orang yang paling banyak melihat adanya pahala. Berkata An Nadhr bin Syamiil: Pada hari kiamat urat leher manusia terkekang   sehingga leher mereka menjadi panjang agar mereka tidak mendapatkan kesusahan dan tidak berkeringat”. (Shahih Muslim, dengan tahqiq Syaikh Fuad Abdul Baqi, 1/290. Ihya’ut Turats Al ‘Arabi, Beirut)
2. Semua makhluk yang mendengar adzan akan menjadi saksi bagi muadzin pada hari kiamat 
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata kepada seorang laki-laki:
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الغَنَمَ وَالبَادِيَةَ، فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ، أَوْ بَادِيَتِكَ، فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ: «لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ المُؤَذِّنِ، جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ، إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ القِيَامَةِ»، قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Aku perhatikan kamu ini orang yang suka menggembala dan berkelana, maka jika kamu sedang menggembala kambingmu atau sedang berkelana maka adzanlah kamu dengan adzan seperti adzan shalat, tinggikan suaramu dengan adzan karena sesungguhnya semua yang mendengarkan adzan, baik dari golongan jin dan manusia dan apa pun saja, mereka akan menjadi saksi bagi si muadzin ada hari kiamat nanti. Abu Sa’id berkata: Aku mendengar hal ini dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (HR. Al Bukhari No. 609)
3. Akan diampuni dosanya sepanjang suaranya dan semua yang mendengarkan adzan di bumi akan mendoakan ampun baginya
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ، مَدَى صَوْتِهِ، وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ، رَطْبٍ، وَيَابِسٍ، وَشَاهِدُ الصَّلَاةِ، يُكْتَبُ لَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ حَسَنَةً، وَيُكَفَّرُ عَنْهُ مَا بَيْنَهُمَا

Bagi muadzin akan diampuni dosanya sepanjang suaranya, dan akan memohonkan ampun baginya semua benda yang basah dan kering, dan orang menghadiri shalat berjamaah akan dicatat baginya 25  kebaikan dan akan dihapus kesalahan di antara keduanya (antara adzan dan shalatnya, pen). (HR. Ibnu Majah No. 724, Abu Daud No. 515, dengan lafazh: “dan akan menjadi saksi baginya semua benda yang basah dan kering …”, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2794, dll)
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu As Sakkan. (Lihat At Talkhish Al Habir, 1/367), Syaikh Syu’aib Al Arnauth (Ta’liq Musnad Ahmad, 10/337), juga Syaikh Al Albani dalam berbagai kitabnya. (Shahih Abi Daud, Shahihul Jami’, Tsamar Al Mustathab, At Ta’liqaat Al Hisaan)
Apa maksud “dosanya akan diampuni sepanjang suaranya”? Berikut ini keterangannya:
قَالَ الْخَطَّابِيُّ: وَفِيهِ وَجْهٌ آخَرُ وَهُوَ أَنَّهُ كَلَامُ تَمْثِيلٍ وَتَشْبِيهٍ، يُرِيدُ أَنَّ الْمَكَانَ الَّذِي يَنْتَهِي إِلَيْهِ الصَّوْتُ لَوْ يُقَدَّرُ أَنْ يَكوُنَ مَا بَيْنَ أَقْصَاهُ وَبَيْنَ مَقَامِهِ الَّذِي هُوَ فِيهِ ذُنُوبُهُ تَمْلَأُ تِلْكَ الْمَسَافَةَ غَفَرَهَا اللَّهُ.

Berkata Al Khaththabi: pada kalimat ini ada makna yang lain, ini adalah ucapan tasybih dan tamtsil, maknanya adalah bahwa sepanjang tempat yang dicapai oleh suaranya sampai akhir, yang seandainya dosa-dosa dia sepenuh  antara ujung terjauh dari suaranya sampai tempat dia berdiri, maka Allah akan mengampuni semuanya. (Ittihaf Al Khairah, 1/475)
4. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan Imam Shalat dan para muadzin
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, berkata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الْإِمَامُ ضَامِنٌ، وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، اللهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ، وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِينَ

Imam adalah penanggung jawab, muadzin adalah pembawa amanat, Ya Allah berikanlah bimbingan kepada para imam, dan ampunilah dosa para muadzin. (HR. At Tirmidzi No. 207, Abu Daud No. 517, Ahmad No. 7169, Abu Daud Ath Thayalisi No. 2526, Abu Ya’la No 4562, dll)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, Syaikh Salim Husein Asad, Syaikh Syuaib Al Arnauth, Syaikh Al Albani, Syaikh Muhammad Mushthafa Al A’zhami, dan lainnya, dan dihasankan oleh Imam Zainuddin Al ‘Iraqi dalam Takhrijul Ihya.
Maka, kebahagiaan besar bagi para muadzin, Anda didoakan ampunan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
5. Surga bagi para muadzin
Bergembiralah para muadzin dengan berita ini.  Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ فِي رَأْسِ شَظِيَّةِ الْجَبَلِ يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ يَخَافُ مِنِّي، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ، وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِينِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّونَ حَسَنَةً، وَلِكُلِّ إِقَامَةٍ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً

Barang siapa adzan selama dua belas tahun maka wajib baginya mendapatkan surga, dan  dengan adzannya itu dicatat baginya setiap hari enam puluh kebaikan, dan setiap iqamah yang dia lakukan dia mendapatkan tiga puluh kebaikan. (HR. Ibnu Majah No. 728, Al Bazzar No. 5933, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2795, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al  Awsath No. 8733, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 418)
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Bushiri. (Mishbah Az Zujaajah, 1/92), Imam Ali Al Qari. (Mirqah Al Mafaatih, 2/572), Syaikh Al Albani. (Ash Shahihah No 42, Al Misykah No. 678).

Pujian untuk Pencipta Semesta Alam #Doa Hari Ini

Ya Allah, hari ini menit ini detik ini hambamu sedang menghadapi cobaan dan masalah yang bertubi-tubi, semoga ini semua adalah cobaan darimu, semoga ini semua engkau lakukan untuk mengingatkanku akan kebesaranMu yang maha perkasa.

Engkau pencipta semesta alam, Aku hanya setitik hina yang engkau ciptakan, Ajarkan hamba untuk selalu bersyukur, hamba sedang jatuh ya Allah, hanya Engkau yang bisa melindungi hamba melindungi makhluk semesta alam.

Hambamu sedang jatuh ya Allah, hanyalah engkau yang aku puja dan aku puji, engkau pencipta semesta alam yang maha esa. Selalu lindungi hamba dalam langkahmu, jagalah perkataan hamba, jagalah perilaku hamba, jagalah jasat hamba, jagalah ruh hamba, jagalah semua yang engkau berikan kepadaku agar selalu ada di jalanMu ya Allah.

Mungkin hari ini hamba sedikit melupakanMu, maka ingaatkanlah selalu hamba untuk tak sedikitpun untuk tak melupakanmu. Engkau tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang.

PEREMPUAN BAIK UNTUK LAKI-LAKI YANG BAIK DAN SEBALIKNYA

   Assalamu'alaikum sahabatku seiman, pada kesempatan ini saya ingin berbagi sedikit tulisan dan cerita semoga bermanfaat ya :)
   Sebelumnya saya ingin memaparkan sebuah ayat yaang terdapat pada Al-Qur'an yang menjelaskan tema tentang udul di atas, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),

BRAIN GYM VS SHALAT

Pengertian senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Metode belajar dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Ph.D bersama isterinya Gail E. Dennison yang merupakan pelopor pendidik di Amerika dalam

Percakapan Nabi Muhammad SAW dengan Iblis



Hai sobat ada materi bagus ni yang aku temuin di salah satu laman di Facebook dulu tapi aku lupa lamanya apa . . kalau ada yang aku ini tulisan anda tolong dikasi sourchnya ya. . terkadang kita tergoda oleh iblis, namun ada kalanya juga manusia mempunya iman yan tinggi . . bertaubatlah . . tidak ada kata terlambat untuk bertaubat
. .

Islam dan Yahudi Artikel I


Karya Semesta - Islam dan Yahudi, Yahudi adalah agama yang bernegarakan di israil keturunan Bani-Israil yang disebarkan oleh Nabi Musa AS yang berkitab taurat, pada mulanya Nabi Musa menyuruh mereka untuk menyembah Allah SWT dan mengabarkan kedatangan manusia mulia Rasulullah SAW sebagai penyelamat sluruh umat. Namun, ketika Nabi Musa

KENAPA AKU DIUJI?


dakwatuna.com - dakwatunaPernah ada seseorang yang bercerita kepadaku tentang masalah yang dihadapinya. Saat aku mencoba memposisikan diri sebagai dia, rasanya aku tidak akan mampu bertahan dalam kondisi yang saat itu ia alami. Ia bertanya kepadaku, kenapa harus ia yang mengalami cobaan seberat ini? Saat pertanyaan itu hadir, aku teringat sebuah dialog dalam film “Kiamat sudah dekat” garapan Deddy Mizwar beberapa tahun lalu.
Dialog itu terjadi antara Asrul dan ibunya. Asrul yang terlahir dari keluarga kurang mampu bertanya kepada sang Ibu yang berprofesi sebagai buruh cuci.
“Bu, kenapa kita diberi cobaan seperti ini?”
Sang ibu menjawab, “Karena Allah tahu kita mampu untuk menjalaninya.”
Begitulah kira-kira. Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban serupa.
Kenapa aku di uji?

JAMINAN KEMURNIAN AL-QUR’AN OLEH DAN DARI ALLAH SWT


Pangeran Tinta - Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakhatuh
                Saudara-saudaraku seiman seperjuangan yang dirahmati oleh Allah SWT. Pada hari ini saya ingin membahas mengenai jaminan kebenaran Al-qur’an itu dari Allah SWT. Alhamduliillah.. Dengan segala nikmat dan rahmatya kita bisa bertemu disebuah pembahsan ini, entah itu nikmat Iman, nikmat sehat, nikmat hidup dan terutama nikmat yang berupa Islam yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti.

ShareThis

Check It Boss

Alfamart SEO Contest 2013

Check It Boss

Alfamart SEO Contest 2013