AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN
BAB I
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki
keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian,
pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang
merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita
mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber
air, gunung, laut dan udara. Bencana lumpur lapindo yang tak kunjung usai,
banjir jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan
sebagainya, selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan
dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar
dalam menguasai alam lingkungannya. Dengan mengeksploitasi alam, manusia
menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan
kemajuan ilmu dan tekhnologi, alam lingkungan malah di eksploitasi sedemikian
rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.
Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia
bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam
pandangan manusia yang oportunitis memandang alam sebagai barang dagangan yang
mengutungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap lingkungan.
Menurutnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia.
Sebaliknya, manusia yang religius (paham akhlak) menyadari adanya keterkaitan
antara dirinya dengan alam lingkungan. Manusia religius seperti ini akan memandang
alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa di eksploitasi secara sewenang-wenang.
Perilaku manusia khusunya terhadap lingkungan
sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk
mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi
kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar,
sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain.
Bencana alam
kerap terjadi di seluruh dunia, tak lainnya adalah di Indonesia. Anehnya,
setiap bencana terjadi, masyarakat sibuk mencari siapa yang salah. Datangnya
bencana boleh jadi suratan takdir Illahi, dan boleh jadi merupakan ekspresi
alam yang sedang marah.
Tanpa
disadari kita berperan dalam perusakan alam. Akhlak kita seringkali tidak
memperdulikan kelestarian lingkungan. Ya, semua berawal dari akhlak yang tidak
terkendali. Sikap serakah, acuh tak acuh, ceroboh, boros, dan jorok merupakan
cerminan akhlak yang merusak lingkungan. Untuk itu, diperlukan suatu kearifan akhlak terhadap lingkungan. Karena,
bagaimanapun kita sebagai manusia yang bertempat di bumi, wajib hukumnya
menjaga kelestarian alam dan lingkungan demi kelangsungan kehidupan yang aman,
tentram, makmur,dan sejahtera. Sebagaimana tugas manusia selain beribadah kepada
tuhan,juga sebagai khalifatullah fil ardh.
B. TOPIK
“Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan
manusia...” (Ar-ruum:41).
Kita lihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku manusia yang tidak
mempedulikan lingkungan sekitarnya, misalnya dengan menebang hutan, yang akan
mengakibatkan pemanasan global karena gundulnya hutan sebagai pengolah kadar
karbondioksida
Salah satu tantangan modernitas dalam menjaga keseimbangan alam adalah
adanya eksploitasi alam yang berlebihan karena tuntunan perkembangan penduduk. Misalnya, Sekarang ini
di daerah perkotaan banyak di dirikan perumahan-perumahan. Karena itu areal
pertanian yaitu sawah dan”tegalan”yang posisinya rendah di jadikan tempat
pemukiman baru. Karena tempatnya rendah, sebelum di dirikan rumah-rumah baru,
tempat itu perlu di urug. Untuk keperluan mengurug, di carilah tanah dari
dataran yang lebih tinggi, yang salah satunya adalah gunung.
Sebagaimana diketahui, fungsi gunung adalah sebagai penahan dan penyimpan
air; dan fungsi sawah adalah untuk bercocok tanam. Karena peralihan fungsi lahan tersebut, akibatnya
masyarakat yang tinggal di perumahan sering kekurangan air ketika musim
kemarau,karena air simpanan di gunung tidak ada, dan ketika musim hujan
masyarakat terkadang kebanjiran karena air langsung mengalir tanpa ada yang
menahan dan menyimpannya.
Perbuatan dan tingkah laku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah
besar, baik dari segi positif maupun negatifnya. Karena manusia dan lingkungan,
adalah hal yang tak bisa di pisahkan, maka penting sekali kaitannya dengan
penulisan makalah ini guna mengetahui dan menyadari betapa berharganya
lingkungan ini terhadap kehidupan makhluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak yang baik merupakan fondasi yang kokoh
bagi terciptanya hubungan baik antara manusia dengan sesama maupun
lingkungan.Sehinggan orang-orang yang mampu mewujudkan hubungang baik tersebut
adalah orang-orang yang ruhnya bersih,yang konsisten menunaikan segala perintah
dan menjauhi segala larangan Allah.
Lingkungan
merupakan sebuah wadah yang di dalamnya ditampung berbagai jenis makhluk dan
benda mati yang beraneka ragam seperti manusia, hewan ,tumbuh-tumbuhan,
udara, air dan lain-lain. Di dalam lingkungan baik secara sadar maupun tidak, juga
terdapat berbagai kegiatan yang bersifat pendidikan maupun juga hanya bersifat
sebatas interaksi sesama.
Akhlaq
terhadap alam lingkungan adalah bahwa manusia tidak dibolehkan memanfaatkan
sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-besaran,sehingga
timbul ketidak seimbangan alam dan kerusakan bumi.
Misalnya,hutan
merupakan faktor yang penting untuk menopang kehidupan dibumi.Ia memberikan
kesetabilan tanah,menyerap pemanasan global.Selain itu,hutan juga menjadi pusat
kehidupan beragam jenis flora dan fauna.Adanya hutan membuat air hujan akan
terdistribusikan secara merata dan mencegah terjadinya penumpukan air yang
dapat menyebabkan banjir dan longsor.Namun,dengan semakin mengikisnya lahan
hutan,maka daya serap tanah terhadap air juga semakin berkurang,sehingga air
yang melewati permukaannya berpotensi mengalir menuju satu titik (yang rendah)
sekaligus menyebabkan tanah tersebut rapuh dan rawan terjadi kelongsoran.
Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan
alam adalah memperhatikan standart kapasitas yang ada.Eksploitasi alam secara
berlebihan dan tanpa aturan serta tanpa pertimbangan yang matang akan
menyebabkan krisis lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam harus selalu
memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan.1
Dikutipdari:http://younggeomorphologys.wordpress.com/2010/04/06/hubungan-timbal-balik-manusia-dengan-alam/
Kerusakan sumber daya alam pada akhirnya akan
memberikan dampak buruk kepada diri manusia sendiri. Perilaku manusia dalam
mengeksploitasi besar-besaran terhadap hutan berakibat pada bencana banjir yang
merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Pemanasan global yang kini
mengepung manusia juga akibat dari ulah manusia. Ketika bencana alam datang,
manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara
semena-mena. Saat ini, alam sudah sangatlah kritis. Namun setidaknya saat ini
sudah mulai bermuncullan aksi-aksi untuk melakukan penghijauan kembali.
Kesadaran manusia dalam peranannya sebagai khalifah yang telah di tunjuk
oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak arif dan bijaksana dalam
mengelola kekayaan alam dan bumi,sehingga terhindar dari kerusakan. Berkenaan
dengan betapa pentingnya sumber daya alam bagi kehidupan, maka kita menjadi
tahu dan sadar tentang bagaimana memperlakukan alam dengan sewajarnya. Dalam
hal ini, Allah telah mempermudah manusia dengan memberikan petunjuk dalam
Al-qur’an tentang apa yang harus dilakukan oleh manusia terhadap alam
lingkungan, yaitu; merenungkan, mempelajari, memanfaatkan, dan memelihara.
Kemudian lain dari pada itu, kita akan membahas akhlak terhadap lingkungan
di tinjau dari beberapa aspek, yakni: agama, etika, dan budaya.
I.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DITINJAU DARI SEGI AGAMA
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan.
Kekhalifahan mengandung arti pengayom, pemeliharaan, dan pembimbingan agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.
Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan
manusia dengan alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan
prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak bagi manusia tentang bagaimana
bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud kesempunaan Islam dan
salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas. Allah
berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas
kamu nikmat-Ku,dan aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam
tidak mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan
menghabiskan sisi yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai
Islam karena ia terbebas dari kekangan hawa nafsu dan diciptakan oleh sang
pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia, mendapatkan rahmat, dan
hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.
Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan
manusia baik di dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut
ini:
Ø Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah
menundukkan semua yang ada dilangit dan dibumi untuk memeudahkan manusia. Allah
berfirman: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut
mereka didaratan dan dilautan,kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70).
Kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah,
kemampuan untuk berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di
udara, dan di lautan dengan berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka
juga mendapatkan anugerah rizqi yang berlimpah berupa makanan yang lezat
dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu, Rasul, dan lainnya,
serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah.
Ø Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:
ü Belajar, mencari ilmu
dan mengajar.
ü Menunaikan amar ma’ruf
nahi munkar.
ü Berjihad dijalan Allah
dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
ü Mematuhi konsep dan
aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah kepada Allah, serta
mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta mewujudkan
kemaslahatan.
Ø Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan
apa yang ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan
diri kepada Allah sehingga memperoleh ridlo-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan
akal, pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang
telah digariskan oleh Allah.
Ø Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan,
meninggalkan hal-hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama
manusia dan lingkungannya.
Ø Prinsip kelima
Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun
peperangan.Akan tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah
ketundukan alam untuk membantu manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang
menempatkan manusia dan alam lingkungn pada posisinya masing-masing.
Ø Prinsip keenam
Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam
berakidah,beribadah,mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup,
serta kebebasan-kebebasan lain yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.
Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan
dan kebahagiaan bagi manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar
akhlak dalam Islam berasal dari Allah SWT, sehingga tidak mengherankan jika
prinsip-prinsip dan nilai-nilai tersebut sesuai bagi kehidupan manusia, baik
didunia maupun diakhirat.
Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang fana’
ini, adalah beribadah kepada Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai
khalifah dimuka bumi yang bertugas membangun, mengelola, memanfaatkan, serta
menjaga kelestarian alam lingkungan sesuai dengan petunjuk-Nya.
Manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat baik dan berusaha mendekati
kesempurnaan, karena bagaimanapun manusia tidak akan mampu mencapai derajat
kesempurnaan. Akan tetapi, jika tetap hidup dan selalu melakukan perbuatan baik
maka harus menambah kebaikannya. Sedangkan, jika perilakunya buruk maka
kemungkinan dengan hidupnya yang lebih panjang ia bisa meninggalkan
keburukannya itu. Manusia terkadang lalai atau bahkan berbuat salah, namun dosa
atas kesalahannya dapat dihapus dengan cara bertaubat.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majjah Alhakim dengan sanad
mereka dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap anak adam pasti berbuat kesalahan,dan sebaik-baik orang yang
berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”.
Jadi, Islam mengakui dan memperhatikan realitas umat manusia, lalu
memberikan petunjuk bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam kehidupan
ini, demi mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan didunia dan diakhirat.
II.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI TINJAU DARI SEGI ETIKA
Istilah
etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak
(taetha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar
belakang terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi jika kita
membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain
dikatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik
dan buruk.
Berkaitan
dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak
1953) arti etika adalah:
1.
Ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2.
Kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.
Nilai yang
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Secara
singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral, yaitu
perbuatan yang mengandung unsur kebaikan dan manfaat.
Seperti
telah dijabarkan di atas tentang pengertian etika, sebuah masyarakat bahkan
seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu lingkungan harus
diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu
masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa
berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari
etika itu sendiri.
Melihat masa
sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa saudara-saudara
kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu sendiri. Banyak
orang menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk mendapatkan sesuatu
tanpa memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.
Berbagai
macam kasus tentang perusakan lingkungan telah banyak terjadi di Indonesia
diantaranya:
1.
Pembakaran
hutan yang dilakukan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan.Walaupun hal ini
dilakukan dalam rangka untuk menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi hal ini
terbukti tidak efektif karena penjalaran api yang begitu cepat menyebabkan
melebarnya lahan yang terbakar. Hal ini tentunya sangat berakibat buruk tidak
hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga masyarakat dunia karena pulau
Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang memproduksi banyak oksigen untuk
kelangsungan hidup manusia.
2.
Membuang
sampah sembarangan terutama di ibukota Jakarta yang menyebabkan terhalangnya
aliran air sungai yang menyebabkan sungai menjadi kotor dan bau terlebih lagi
mengakibatkan banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap tahunnya.
3.
Belum lama
ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang limbahnya di
sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk dikarenakan
ikan-ikan mati.
4.
Kasus lumpur
Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang merupakan sebab dari kelalaian P.T.Lapindo
Brantas dalam menambang minyak bumi sehingga menyebabkan keluarnya lumpur panas
dari dalam bumi dan belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini tentunya
mengakibatkan penderitaan pada masyarakat karena mereka kehilangan lahan, rumah
serta mata pencahariannya.
Dari
penjabaran di atas, tentunya kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebab dari
kelakuan kita yang buruk terhadap lingkungan akan berakibat sangat fatal.
Lingkungan yang seharusnya menjadi tempat hidup, justru menjadi penyebab
sengsara dan kematian. Dampaknya pun meluas tidak hanya pada masyarakat
setempat yang terkena musibah tetapi pada masyarakat luas pula.
Ketika kata
“etika” hanya dijadikan simbol oleh masyarakat tanpa peduli pada aspek
untuk mengamalkannya, maka jelaslah bahwa masyarakat itu telah mengalami
kerusakan. Oleh karena itu aspek “etika” dalam masyarakat harus dikedepankan
dan dilaksanakan karena etika di dalam sebuah masyarakat merupakan dasar bagi
perbuatan manusia karena etika mencakup baik, buruk, benar, salah dan juga mencakup
aspek moral atau akhlak. Oleh karena itu marilah kita berakhlak baik kepada
lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan
terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi
tujuan adanya etika di dalam masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.
III.
AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN DI TINJAU DARI SEGI BUDAYA
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut
mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar
kita, dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup
berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal mula
adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan sesuatu
yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya itu
sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.
Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula
kepada generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk
tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai
positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di
pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri
bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat
tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu maupun masyarakat.
Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada
kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara
dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah
bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap
masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu pada akhirnya mengakibatkan
semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan perilaku yang menyimpang.
Berbagai
krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan oleh
tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas,
disamping oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal
dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia cenderung
bersikap permisif dan membiarkan terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran.
Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berkembang luas
dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga presiden tanpa ada
orang yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama,
berbagai bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian,
perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan
berbagai bentuk kedzoliman semakin merajalela
Manakala
orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas
berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya.
Hatinya tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat
matanya menjadi gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga selain yang
lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang telah mencapai kemerosotan sepeti
itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.
Menghadapi
keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain kecuali
menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk
kepribadian yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang gemah
ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah
SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa robbun
ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain
itu para pemimpin harus menunjukkan jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih
terpuji lagi jika mereka dapat mengantarkan umatnya ke pintu gerbang
kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah (pemimpin) tidak sekedar
menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia diciptakan sebagai khalifah
di bumi. Semua yang ada di bumi termasuk alam semesta diciptakan untuk manusia.
Seharusnya kita menyadari bahwa Allah manciptakan flora & fauna untuk
kemanfaatan manusia, seperti halnya, dengan mengambil manfaat dari buah-buahan.
Karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya. Jangan sampai kita membuat
kerusakan terhadap flora & fauna.
Oleh karena
itu marilah kita berakhlak baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat
dan melestarikannya sehingga akan terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera
dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika di dalam masyarakat baik
berbangsa maupun bernegara.
Selain itu,
para pemimpin juga harus mampu mengantarkan umat (Rakyat) nya menuju pintu
gerbang kebahagiaan jika mereka memiliki akhlak yang luhur sehingga segala
kebaikan mendarah daging dalam diri mereka. Hal ini harus menjadi pertimbangan
utama dalam memilih pemimpin terutama pada Era sekarang ini. Karena bagaimana
mungkin bangsa indonesia mampu mengkikis praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang menjerumuskan bangsa Indonesia ke jurang kehancuran bila para pemimpinnnya
tidak memiliki akhlak yang luhur.
B. DAFTAR PUSTAKA
·
Amin,
Ahmad, Prof.,Dr.1955. Ethika (ilmu akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.
·
Bertens, K.
2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·
Rasyid,
Hamdan, Drs.KH. 2007. Bimbingan Ulama’ Kepada Umara dan Umat. Pustaka
Beta.
·
Muhammad
Al-Ghazali, Akhlak seorang muslim,Penerbit:Pt. Al-ma’arif Bandung
· http://badalfatanrayhan.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-dan-kaitannya-dengan.html.